PEMBANGKIT LISTRIK SEL SURYA
PADA
DAERAH PEDESAAN
Dodi setiawan
Teknik Elektro
Fakultas Teknologi industri
Universitas gunadarma
Abstrak
Energi merupakan salah satu kebutuhan utama bagi dalam kehidupan manusia. Kebutuhan peningkatan energi dapat merupakan indikator peningkatan kemakmuran. Namun bersam dengan itu juga menimbulkan masalah dalam usaha penyediaannya
Kebutuhan energi dimana sekarang semakin dibutuhkan banyak orang. Karena itu harus ada alternatif baru yang dapet menghasilka energi ramah lingkungan dan juga murah. Pemakaian energi surya di indonesia mempunyai prospek yang sangat baik. Mengingat bahwa secara gografis sebagai negara trofis. Melintang garis katulistiwa berpotensi menghasilkan energi surya yang sangat baik
Kebutuhan energi listrik sangat perlu apalagi di daerah pedesaan yang belum ada listrik jala-jala PLN, maka dibutuhkan sebuah pembangkit listrik sel surya untuk daerah pedesaan..
Pembangkit Listrik Sel Surya pada daerah pedesaan direncanan kan dengan kapasitas daya yang diinginkan 1000 Watt, tegangan 24 Volt, maka dari hasil perhitungan untuk modul yang dipasang secara secara seri disusunan sebanyak 43 buah, sedangkan secara paralel sebanyak 48 buah
1.1. Latar Belakang Masalah
Kondisi bumi kita kian lama kian mengenaskan karena
tercemarnya lingkungan dari efek rumah kaca (greenhouse effect) yang
menyebabkan global warming, hujan asam, rusaknya lapisan ozon hingga hilangnya
hutan tropis. Semua jenis polusi itu rata-rata akibat dari penggunaan bahan
bakar fosil seperti minyak bumi, uranium, plutonium, batu bara dan lainnya yang
tiada hentinya. Padahal kita tahu bahwa bahan bakar dari fosil tidak dapat
diperbaharui, tidak seperti bahan bakar non-fosil.
Dengan kondisi yang sudah sedemikian memprihatinkan, gerakan hemat energi
sudah merupakan keharusan di seluruh dunia. Salah satunya dengan hemat bahan
bakar dan menggunakan bahan bakar dari non-fosil yang dapat diperbaharui
seperti tenaga angin, tenaga air, energi panas bumi, tenaga matahari, dan
lainnya. Duniapun sudah mulai merubah tren produksi dan penggunaan bahan
bakarnya, dari bahan bakar fosil beralih ke bahan bakar non-fosil, terutama
tenaga surya yang tidak terbatas.
.
Sistem
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) akan lebih diminati karena dapat
digunakan untuk keperluan apa saja dan di mana saja : bangunan besar, pabrik, perumahan,
dan lainnya. Selain persediaannya tanpa batas, tenaga surya nyaris tanpa dampak
buruk terhadap lingkungan dibandingkan bahan bakar lainnya.Di negara-negara industri maju seperti Jepang, Amerika
Serikat, dan beberapa negara di Eropa dengan bantuan subsidi dari pemerintah
telah diluncurkan program-program untuk memasyarakatkan listrik tenaga surya
ini. Tidak itu saja di negara-negara sedang berkembang seperti India, Mongol
promosi pemakaian sumber energi yang dapat diperbaharui ini terus dilakukan.
Untuk lebih mengetahui apa itu pembangkit listrik tenaga surya atau kami
singkat dengan PLTS maka dalam tulisan ini akan
Kebutuhan energi dan masalah
lingkungan di abad 21 akan men gharuskan adanya sitem pembangkit daya b aru
dengan efisiensi yang lebih besar dan le bih bersahabat dengan lingkungan.
Sehingga perlu dilakukan usaha -usaha untuk mengurangi ketergantungan pada
sumber energi minyak bumi melalui div ersivikasi sumber energi termasuk pengemb
angan energi alternatif yang memenuhi persyaratan energi masa depan ya ng
murah, tersedia dalam jumlah melimpah, fleksibel dan dalam penggunaan dan ramah
terhadap lingkungan.
Semua persyaratan tersebut dap at
dipenuhi dengan menggembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Hal ini
didukung dengan letak Indonesia di daerah khatulistiwa yang mendapat sinar
matahari dalam
jumlah besar se panjang tahun, sehingga sistem
ini san gat
memungkinkan untuk dikembangka n
penggunaannya.
Kebutuhan Energi Listrik di
pedesaaan sangat perlu sekali apalagi pa da pedesaan yang tidak ada saluran
PLN. Maka dengan ini penulis meneliti tentang pemba ngkit listrik tenaga surya
pada pedesaan.
2.
TEORI DASAR
Pada PLTH yang dibahas ini,
kombinasi pembangkit tenaga listrik yang digunakan adalah :
1. Pembangkit Listrik Tenaga Sel
Surya.
2. Pembangkit Listr ik Tenaga Energi
Angin.
2.1.
Pembangkit Listrik Tenaga Sel
surya
sel surya adalah suatu teknologi
yang dapat mengubah energi sinar matahari secara langsung menjadi energi
listrik. Sel surya ini banyak digunakan untuk penyedi aan tenaga
lsitrik bagi penerangan, pompa air,
telekominikasi dan lain sebagainya.
Pemanfaatan sistem sel surya sebagai
pembangkit tenaga listrik tela h banyak diterapkan, baik yang menghasi lkan
daya rendah maupun yang berdaya tin ggi. Sistem pembangkit tenaga sel sel surya
bila tinjau dari daya keluarannya dapat dibagi menjadi :
1. Sistem yang berdiri sendiri
(stand alone)
2. Sistem yang
terinterkoneksi de ngan jaringan pengguna (utility
grid)
Disain
pembangkit listrik sel sel surya yang berdiri sendiri tidak mem perhatikan
sumber energi luar selain energi radiasi matahari dan generator sebagai
pembangkit darurat. Sistem yang berdiri s endiri dapat mensuplai beban DC
maupun beba n AC dengan menggunakan inverter.
Gambar 2.1. Skema sederhana komponen suatu
sistem sel surya
yang berdiri sendiri.
Pada
sistem pembangkit listrik tenaga sel surya yang berinterkoneksi dengan jaringan
pengguna, kele bihan beban yang tidak dapat disupla i oleh pembangkit akan
disuplai oleh jaringan. Sebaliknya, jika kondisi cu aca sangat baik serta
permintaan beban be rkurang, maka kelebihan energi listrik yang dihasilkan oleh
pembangkit aka n ditampung oleh jaringan pengguna.
2.2. Konversi Energi Sel surya
Susunan
sel surya didisain berdasarkan pada perkiraan ban yaknya energi sel surya yang
dapat dihasilkan dari suatu lokasi pada waktu t ertentu. Dalam menghitung
beberapa besa r energi susunan sel surya yang didapat, perlu diperhatikan
faktor-faktor yaitu:
1.
Radiasi surya rata-rata harian.
2.
Efisiensi modul.
3.
Faktor koreksi efisiensi temperatur
4.
Faktor paking susunan sel surya.
5.
Faktor pengotoran
6.
Luas total modul.
Faktor
yang perlu diperhatika n dalam perhitungan energi susun an sel surya adalah
total daerah dalam met er persegi yang ditempati oleh mo dul sel surya. Rumus
dasar untuk memproyeksikan berapa besar energi keluaran susunan sel surya per
hari adalah :
PE
= TE x ME x TC x PF x SF x A
…(2.1)
Dimana
:
PE
= energi sel surya/ hari (kWh).
TE
= total radiasi surya pada hari
itu
(kWh/m2).
ME
= efisiensi modul, 8% - 20%.
TC
= faktor koreksi efisiensi
temperatur,
umumnya 150 C
s.d
350 C lebih tinggi dar
temperatur
rata-rata harian
lapangan.
PF = faktor paking, biasanya sudah
dihitung
dalam efisiensi
modul.
SF = faktor pengotoran.
A = luas daerah (m2).
PE
= TE x ME x TC x PF x SF x A
…(2.1)
Dimana
:
PE
= energi sel surya/ hari (kWh).
TE
= total radiasi surya pada hari
itu
(kWh/m2).
ME
= efisiensi modul, 8% - 20%.
TC
= faktor koreksi efisiensi
temperatur,
umumnya 150 C
s.d
350 C lebih tinggi dar
temperatur
rata-rata harian
lapangan.
PF = faktor paking, biasanya sudah
dihitung
dalam efisiensi
modul.
SF = faktor pengotoran.
A = luas daerah (m2).
Dimana
: ...(
2.2)
MO
= daya keluaran puncak pada
temperatur
sel tertentu (Wp).
N
= total jumlah modul susunan sel surya.
Karena
pada modul sel surya hanya dicantumkan keluaran daya punc aknya pada 1000 W/m2,
dan temperatur standarnya, maka untuk menguku r keluaran daya puncak suatu arr
ay sel surya, dapat digunakan rumus :
….(2.3)
Dimana
:
PP = Keluaran daya puncak su sunan sel surya
(WP) (Watt Peak).
2.3. Baterai Sebagai Penyimpanan Energi
Baterai
akan di isi oleh tenaga listrik yang berasal dari sistem sel surya dan sistem
ener gi angin. Pada saat pelepasan muatan, arus searah yang berasal dari
baterai akan diru bah menjadi arus bolak -balik oleh inverter dan kemudian
dialirkan menuju beban. Untuk menjaga agar baterai tid ak mengalami kelebihan
muatan (ov er charge) dan kekurangan mu atan (under charge) maka pengoperasian
baterai dan inverter perlu diawasi dan dikontrol oleh suatu sistem kontrol.
Dalam
pemilihan baterai yang akan digunakan haruslah memperhatikan hal-hal berikut
ini :
Mempunyai
umur panjang (lebih dari 3 tahun)
Mempunyai
kondisi charge yang stabil
Mempunyai
self discharge yang rendah
Kestabilan
depth
of discharge
(DOD)
Mempunyai
efisiensi pengisian (chargain) yang tinggi
Mudah
untuk dibongkar pasang dengan menggunakan peralatan sederhana untuk keperluan
transportasi ke daerah terpencil
3.
BLOK DIAGRAM
Blok
diagram dari pembangkit listrik tenaga surya dapat dilihat pada gambar 3.1
berikut ini.
Panel
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Beban
|
|
Sel surya
|
|
|
|
|
|
Unit
|
|
=
|
|
|
|
|
|||||||
|
|
|
|
|
Kontrol
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||
|
|
|
|||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Beban
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Baterai
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Beban
|
|||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Gambar
3.1. Blok Diagram PL Sel surya
3.1 Cara Kerja Sistem
Cara kerja dari pembangkit lis trik sistem ini secara
umum dan ber urutan mulai dari energi yang dihasil kan oleh sumber pembangkit
yang ada yai tu sistem sel surya disalurkan kedalam unit kontrol. Energi yang
masuk kedalam unit kontrol ini berbentuk lis trik arus searah. Jika terdapat
kelebihan energi maka energi tersebut akan disi mpan dalam baterai,
kemudian
sebelu m disalurkan ke konsumen, energi arus searah diubah dulu menjadi energi
arus bolak-balik oleh inverter. Setelah diubah kedalam bentuk energi arus
bolak-balik maka energi dialirkan melalui distribusi arus bolak-balik menuju ke
konsumen yang terdiri dari bermacam-macam jenis dan keperluan.
4. PERANCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SEL SURYA UNTUK DAERAH PEDESAAN
Indonesia
dengan sebagian besar penduduknya (80 %) tinggal di pedesaan, maka penyediaan
alternatif-alternatif pembangkit listrik yang cocok untuk kondisi pedesaan
adalah sangat
perlu.
Sebab dari total 61.849 desa (rural village) yang terdapat di Indo nesia,
jumlah desa yang telah menikmati listrik hanya 59,6 % saja yaitu berjum lah
36.836 desa. Sedangkan 40,4 % lainnya belum menikmati listrik sama sekali.
Sehingga penyediaan listrik pedesaan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada
di daerah terus dikembangkan untuk memperkecil jumlah desa yang belum
menikmati listrik.
Adapun
persyaratan listrik pedesaan adalah murah biayanya, tetapi memenuhi standar
teknis dan keamanan, operasinya mudah (sederhana) , bahan bakarnya mudah
diperoleh dan murah, dan daya skala kecil, dalam hal ini PLN menstandarkan
kapasitas pembangkit untuk satu desa adalah kurang dari 250 kW.
Pembangkit
Listrik Tenaga Sel surya mempunyai potensi untuk ikut berperan dalam program
kelistrikan desa pada beberapa tahun mendatang.
4.1. Keunggulan-keunggulan
Pembangkit Listrik Tenaga Surya
Pada
Pembangkit Listrik Tenaga Sel surya komponen utama yang sangat dibutuhkan
adalah sinarmatahari untuk sub sistem sel surya
Selain
itu dengan tidak diperlukannya jaringan transmisi dan distribusi, maka
rugi-rugi transmisi dan distribusi dapat dikurangi. Tentunya penghematan ini
akan mencapai maksimum untuk sistem-sistem dengan saluran transmisi yang
panjang.
4.2. Perencanaan Sistem Sel surya
Data-data
dari Sel Sel surya
Daya
1 sel (M0) = 1,96 Wp
Bahan = Kristal silikon
Ukuran
= 10 x 10 cm
Tegangan
(V) = 0,5 Volt
Arus
(I) = 0,98 Amper
Temperatur
(T)= 25 0C
Daya
yang direncanakan = 500 watt Pada analisa pertama kita cari luas modul yang
dipergunakan. Denga n memakai persamaan (2-3) akan didapat sebagai berikut :
P
= A x 1000 W/m2 x ME x PF Dimana :
Daya
(P) = 1000 Watt Effisiensi modul (ME) = 20% Faktor Pecking (PF) = 98 % Luas
modul (A) = ?
Solusi
:
P
A =
1000
W / m2 x ME x PF
1000
Watt
A=
1000W
/ m2 x 0,20 x 0,98
A= 1000 Watt
= 5,10 m2
196
Setelah
kita dapatkan luas modul dapat dicari jumlah modul yang akan dipergunakan.
Luas
modul = 5,10 m2
Ukuran
satu modul 10 cm x 10 c m = 0,01 m2
Pada
analisa kedua dengan mema kai persamaan (2-2) dapat kita lihat energi sel
surya.
MO
PE
= TE x x TC
x N
1000 Watt
Dimana
:
Energi
sel surya (PE)
Total
energi sel surya (TE) = 1000 Wh/m2
Daya
satu sel (MO) = 1,9 Watt
Temperatur
(TC) = 250 C
Jumlah
modul (N) = 510 buah
Dimasukkan
kedalam persamaan akan didapat :
PE = 1000 Wh/m2 x 1,9 W /
1000
W x 250 C x 510
=
24,225 Kwh
Pada
analisa ketiga untuk mendapatkan tegangan yang diinginkan, dari data diatas :
Tegangan
satu modul = 0,5 volt
Tegangan
yang diinginkan = 24 volt Jadi :
24
Volt
Susunan
modul = = 48
0,5
Volt
Jadi
modul dipasang secara par alel sebanyak 48 buah
Daya
yang diinginkan 1000 Watt, tegangan 24 Volt. Berdasarkan rumus daya :
1000
Watt
P = V
. I =24
Volt
=
41,66 Ampere Pada data arus sel pada temper atur
standar
250 C adalah 0,98 Ampere Jadi :
41,66
Ampere
Susunan
modul =
0,98
Ampere= 42,5
Untuk
mendapatkan arus yang diinginkan, modul dipasang secara seri sebanyak 43 buah.
5,10
m2
Jumlah
modul =0,01 m2=510 buah
Gambar
4.1. Blok Diagram Susunan Sel Sel surya
Sistem Baterai :
Baterai
berfungsi sebagai peny impan energi listrik yang dihasilkan oleh modul surya
dan sel bahan bakar.
Spesifikasi
:
Rated
capacity : 100 Ah
Rated
Voltage : 12
Volt
Pada
perencanaan ini baterai d ipasang secara seri dua buah.
Sistem
Inverter :
Pada
perencanaan ini inverter yang digunakan untuk merubah tegangan DC menjadi
tegangan AC dengan spesifikasi:
Tegangan
24 Volt dijadika n 220 Volt (AC) dengan frekwensi 50 Hz
5. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dengan
besarnya rata-rata potensi energi matahari di indonesia, sudah selayaknya
pengembangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) menjadi prioritas.
Teknologi PLTS telah mengalami kemajuan yang sangat pesat, efiseiensi panel
yang semakin tinggi dan biaya investasi yang semakin murah dapat menjawab
tantangan penyediaan energi yang merata di negara kepulauan, indonesia.
Karena
keberadaan energi untuk menyokong fungsi pembangunan dan kemandirian kedaulatan
negara. Sudagh tidak dapat dipungkiri. Terlebih, sudah banyak contoh nyata dari
negara-negara maju mengenai aplikasi PLTS untuk menyuplai kebutuhan listrik
negara. Jadi, mari kita mulai 100% rasio elektrifikasi di indonesia dengan
energi matahari
1.2. Saran
Indonesia
memiliki sumber daya energi terbarukan yang sangat berlimpah, seperti energi
matahari, energi angin, energi air, energi gelombang laut, dan lain sebagainya.
Sumber-sumber ini terdapat dilingkungan desa dan dapat diakses dengan mudah
oleh masyarakat desa. Oleh karena itu, pengembangan listrik untuk desa dengan
energi terbarukan, merupakan solusi untuk menjawab akses listrik untuk desa
yang cukup rendah. Salah satu aplikasi yang dapat digunakan adalah tenaga
surya. Berada digaris khatulistiwa, dengan tingkat penyinaran matahari sepanjang
tahun, maka akses penggunaan energi listrik dapat dilakukan secara optimal.
Energi surya, relatif lebih mudah diaplikasikan jika dibandingkan dengan energi
terbarukan lainnya. Dengan hanya menggunakan panel surya 2,5 Wp, yang memiliki
dimensi 0,1 m² dan berat kurang dari 5kg, masyarakat desa sudah mampu
menyalakan sebuah lampu penerangan. Sistem ini pun dapat dibawa dengan mudah
kemanapun. Untuk kapasitas yang lebih besar, panel surya dapat diaplikasikan
dengan kondisi lingkungan desa. Modul panel surya dapat diletakan diatas atap
rumah, di pekarangan sebagai bale-bale, terpasang menyatu dengan lahan
pertanian atau lahan kebun, terpasang di balai desa atau masjid, dan lain
sebagainya.
Daftar Pustaka
Hengeveld.H.J,
Marching of Wind Rotors to Low Power Electrical Generato , Amersfoot,
Netherlands, 1978
Kadir,
Abdul, Prof, Ir., Energi : Suatu Perkembangan, Listrik Pedesaan di Indonesia,
UI Press, Jakarta, 1994.
Rahman,
Saifur dan Kwa-sur Tam, A Feasibility, Study of Photovoltaic -Fuel Cell Hybrid
Energy Sistem , IEEE transactions on Energy Convers ion, Vol.3, No. 1, Maret
1988.
Soelaiman, T.M., Prof .,
Pengembangan
Sumber Daya
Energi,
Volume II, ITB, 19
Asnal
Effendi. Dosen Teknik Elektro. Fakultas Teknologi Padang
Institut
Teknologi Padang