Bahan Kimia
yang Ada di Rumah – Zat-zat yang ada dalam kehidupan kita sehari-hari kebanyakan
tidak dalam keadaan murni, melainkan bercampur dengan dua atau lebih zat
lainnya. Campuran suatu zat akan tetap mempertahankan sifat-sifat unsurnya.
Oleh karena itu, suatu bahan kimia akan dipengaruhi oleh sifat, kegunaan, atau
efek dari zat-zat yang menyusunnya. Kekuatan pengaruh sifat masing-masing zat
bergantung pada kandungan zat dalam bahan yang bersangkutan. Banyak ragam bahan
kimia yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Namun, pada pembahasan ini hanya
akan dibahas beberapa kelompok bahan kimia saja. Bahan kimia yang dimaksud, di
antaranya adalah:
- pembersih;
- pemutih pakaian;
- pewangi;
- pestisida;
- zat aditif makanan;
- zat adiktif; dan
- zat psikotropika.
1. Bahan Kimia Pembersih
Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengenal berbagai bahan kimia pembersih, di
antaranya sabun dan detergen, seperti ditunjukkan pada Gambar 8.1. Sabun dan
detergen dapat menjadikan lemak dan minyak yang tadinya tidak dapat bercampur
dengan air menjadi mudah bercampur.
Sabun dan detergen dalam air dapat melepaskan sejenis ion yang memiliki bagian
yang suka air (hidrofilik) sehingga dapat larut dalam air dan bagian yang tidak
suka akan air (hidrofobik) sehingga larut dalam minyak atau lemak. Jika dalam
pakaian yang dicuci dengan detergen terdapat kotoran lemak maka bagian ion yang
bersifat hidrofobik masuk ke dalam butiran lemak atau minyak dan bagian ion
tersebut yang bersifat hidrofilik akan mengarah ke pelarut air. Keadaan ini
menyebabkan butiran-butiran minyak akan saling tolak-menolak karena menjadi
bermuatan sejenis. Akibatnya, kotoran lemak atau minyak yang telah lepas dari
pakaian tidak dapat saling bersatu lagi dan tetap berada dalam larutan. Sebagai
ilustrasi dari penjelasan tersebut.
Kita perlu hati-hati dalam memilih
bahan pembersih, bahan tersebut jangan sampai menimbulkan pengaruh yang buruk
terhadap lingkungan. Beberapa jenis detergen sukar diuraikan oleh pengurai.
Jika detergen ini bercampur dengan air tanah yang dijadikan sumber air minum
manusia atau binatang ternak maka air tanah tersebut akan membahayakan
kesehatan. Oleh karena itu, kita sebaiknya memilih detergen yang limbahnya
dapat diuraikan oleh mikrorganisme (biodegradable). Pengaruh buruk yang dapat
ditimbulkan oleh pemakaian detergen yang tidak selektif atau tidak hati-hati
adalah:
- rusaknya keindahan lingkungan perairan;
- terancamnya kehidupan hewan-hewan yang hidup di air;
dan
- merugikan kesehatan manusia.
2. Pemutih Pakaian
Pemutih biasanya dijual dalam bentuk larutannya dan digunakan untuk
menghilangkan kotoran atau noda berwarna yang sukar dihilangkan dengan hanya
menggunakan sabun atau detergen. Larutan pemutih yang dijual di pasaran
biasanya mengandung bahan aktif natrium hipoklorit (NaOCl) sekitar 5%. Selain
digunakan sebagai pemutih dan membersihkan noda, juga digunakan untuk
desinfektan (membasmi kuman). Pada umumnya, bahan pemutih yang dijual di
pasaran sudah aman untuk dipakai selama pemakaiannya sesuai dengan petunjuk.
Selain dengan noda, zat ini juga bisa bereaksi dengan zat warna pakaian
sehingga dapat memudarkan warna pakaian. Oleh karena itu, pemakaian pemutih ini
harus sesuai petunjuk.
3. Pewangi
Pewangi merupakan bahan kimia lain yang erat kaitannya dengan kehidupan kita
sehari-hari. Kita dapat memperoleh bahan pewangi dari bahan alam maupun
sintetik. Bahan pewangi alami yang sudah kita kenal di antaranya diperoleh dari
daun kayu putih, kulit kayu manis, batang kayu cendana, bunga kenanga, bunga
melati, dan buah pala. Bahan pewangi sintetik biasanya dipakai dalam berbagai
pewangi atau parfum dalam kemasan, seperti pada Gambar 8.4. Selain zat yang
menimbulkan aroma wangi, pewangi yang dijual di pasaran biasanya mengandung
zat-zat lain, seperti alcohol untuk pewangi yang berbentuk cair dan tawas untuk
pewangi yang berbentuk padat.
Selain alkohol, masih terdapat beragam zat tambahan lainnya yang sengaja
ditambahkan ke dalam pewangi agar parfum mudah disemprotkan (zat tersebut
berfungsi sebagai propelan). Di antara zat-zat tambahan yang dapat berfungsi
sebagai propelan tersebut ada yang dapat mencemari lingkungan. Propelan
tertentu jika lepas ke udara kemudian masuk ke atmosfer bagian atas akan
merusak lapisan ozon (suatu lapisan di udara bagian atas yang melindungi
manusia dari sinar-sinar berenergi tinggi, seperti sinar ultra violet). Untuk
itu, kita harus selektif ketika membeli produk berupa parfum, jangan sampai
mengandung bahan kimia yang dapat mencemari lingkungan.
4. Pestisida
Bahan kimia jenis pestisida erat sekali dengan kehidupan para petani. Pestisida
dipakai untuk memberantas hama tanaman sehingga tidak mengganggu hasil produksi
pertanian. Pestisida meliputi semua jenis obat (zat/bahan kimia) pembasmi hama
yang ditujukan untuk melindungi tanaman dari serangan serangga, jamur, bakteri,
virus, tikus, bekicot, dan nematoda (cacing). Pestisida yang biasa digunakan
para petani dapat digolongkan menurut fungsi dan sasaran penggunaannya, yaitu:
- Insektisida, yaitu pestisida yang digunakan untuk
memberantas serangga, seperti belalang, kepik, wereng, dan ulat. Beberapa
jenis insektisida juga dipakai untuk memberantas sejumlah serangga
pengganggu yang ada di rumah, perkantoran, atau gudang, seperti nyamuk,
kutu busuk, rayap, dan semut. Contoh insektisida adalah basudin, basminon,
tiodan, diklorovinil dimetil fosfat, dan diazinon. merupakan contoh produk
insektisida untuk memberantas nyamuk.
- Fungisida, yaitu pestisida yang dipakai untuk
memberantas dan mencegah pertumbuhan jamur atau cendawan. Bercak yang ada
pada daun, karat daun, busuk daun, dan cacar daun disebabkan oleh serangan
jamur. Beberapa contoh fungisida adalah tembaga oksiklorida, tembaga(I)
oksida, karbendazim, organomerkuri, dan natrium dikromat.
- Bakterisida, yaitu pestisida untuk memberantas bakteri
atau virus. Pada umumnya, tanaman yang sudah terserang bakteri sukar untuk
disembuhkan. Oleh karena itu, bakterisida biasanya diberikan kepada
tanaman yang masih sehat. Salah satu contoh dari bakterisida adalah
tetramycin, sebagai pembunuh virus CVPD yang menyerang tanaman jeruk.
- Rodentisida, yaitu pestisida yang digunakan untuk
memberantas hama tanaman berupa hewan pengerat, seperti tikus. Rodentisida
dipakai dengan cara mencampurkannya dengan makanan kesukaan tikus. Dalam
meletakkan umpan tersebut harus hati-hati, jangan sampai termakan oleh
binatang lain. Contoh dari pestisida jenis ini adalah warangan.
- Nematisida, yaitu pestisida yang digunakan untuk
memberantas hama tanaman jenis cacing (nematoda). Hama jenis cacing
biasanya menyerang akar dan umbi tanaman. Oleh karena pestisida jenis ini
dapat merusak tanaman maka pestisida ini harus sudah ditaburkan pada tanah
tiga minggu sebelum musim tanam. Contoh dari pestisida jenis ini adalah
DD, vapam, dan dazomet.
- Herbisida, yaitu pestisida yang digunakan untuk
membasmi tanaman pengganggu (gulma), seperti alang-alang, rerumputan, dan
eceng gondok. Contoh dari herbisida adalah ammonium sulfonat dan
pentaklorofenol.
Penggunaan pestisida telah
menimbulkan dampak yang negatif, baik itu bagi kesehatan manusia maupun bagi
kelestarian lingkungan. Oleh karena itu, penggunaannya harus dilakukan sesuai
dengan aturan. Beberapa dampak negatif yang dapat timbul akibat penggunaan
pestisida, di antaranya:
- Terjadinya pengumpulan pestisida (akumulasi) dalam
tubuh manusia karena beberapa jenis pestisida sukar terurai. Pestisida
yang terserap tanaman akan terdistribusi ke dalam akar, batang, daun, dan
buah. Jika tanaman ini dimakan hewan atau manusia maka pestisidanya akan
terakumulasi dalam tubuh sehingga dapat memunculkan berbagai risiko bagi
kesehatan hewan maupun manusia.
- Munculnya hama spesies baru yang lebih tahan terhadap
takaran pestisida. Oleh karena itu, diperlukan dosis pemakaian pestisida
yang lebih tinggi atau pestisida lain yang lebih kuat daya basminya. Jika
sudah demikian maka risiko pencemaran akibat pemakaian pestisida akan
semakin besar baik terhadap hewan maupun lingkungan, termasuk juga manusia
sebagai pelakunya.
Ternyata, penggunaan pestisida
selain memberikan keuntungan juga dapat memberikan kerugian. Oleh karena itu,
penyimpanan dan penggunaan pestisida apapun jenisnya harus dilakukan secara
hati-hati dan sesuai petunjuk. Untuk mengurangi dampak penggunaan pestisida
dapat dilakukan dengan cara menggunakan pestisida alami atau pestisida yang
dibuat dari bahan-bahan alami. Misalnya, air rebusan batang dan daun tomat
dapat dipakai dalam memberantas ulat dan lalat hijau. Selain contoh tersebut,
masih banyak tumbuhan lain yang dapat bertindak sebagai pestisida alami,
seperti tanaman mindi, bunga mentega, rumput mala, tuba, kunir, dan kucai.