pendahuluan
Penduduk atau warga suatu negara atau daerah bisa didefinisikan
menjadi dua:
· Orang yang tinggal di
daerah tersebut
· Orang yang secara
hukum berhak tinggal di daerah tersebut. Dengan kata lain
orang yang mempunyai surat resmi untuk tinggal di situ. Misalkan bukti kewarganegaraan,
tetapi memilih tinggal di daerah lain.
Dalam sosiologi, penduduk adalah kumpulan manusia yang menempati
wilayah geografi dan ruang tertentu.
Masalah-masalah kependudukan
dipelajari dalam ilmu Demografi. Berbagai
aspek perilaku menusia dipelajari dalam sosiologi, ekonomi,
dan geografi.
Demografi banyak digunakan dalam pemasaran, yang
berhubungan erat dengan unit-unit ekonmi, seperti pengecer hingga pelanggan
potensial.
Pertumbuhan penduduk adalah perubahan populasi sewaktu-waktu,
dan dapat dihitung sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah
populasi menggunakan "per waktu unit" untuk pengukuran. Sebutan pertumbuhan
penduduk merujuk pada semua spesies, tapi selalu mengarah pada
manusia, dan sering digunakan secara informal untuk sebutan demografi nilai
pertumbuhan penduduk, dan digunakan untuk merujuk pada pertumbuhan penduduk dunia.
laju pertumbuhan penduduk indonesia
per tahun
Kepala BKKBN pusat Dr
Sugiri Syarief menegaskan, pertumbuhan penduduk Indonesia setiap tahunnya
mencapai empat hingga lima juta jiwa atau sebesar penduduk Singapura.Penduduk
Indonesia kini mencapai 220 juta jiwa dengan tingkat pertumbuhan 2,32% selama
kurun waktu 1971-1980, kata kepala BKKBN Sugiri Syarief dalam sambutan tertulis
dibacakan Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan BKKBN Pusat Dra Halimah di
Denpasar, Selasa.
Pada pembukaan Rapat
Kerja Keluarga Berencana Daerah (Rakerda) BKKBN Propinsi Bali tahun 2008, ia
menyatakan, dengan program KB pertumbuhan sebesar 2,32% itu kini dapat ditekan
menjadi 1,3%.Meskipun dengan program KB, jumlah penduduk Indonesia yang begitu
besar, namun pertumbuhannya pun tergolong cukup besar, sekaligus berpengaruh
terhadap struktur penduduk di Tanah Air.
“Struktur penduduk
Indonesia terbesar pada usia produktif, jika mampu mengelolanya dengan baik
akan menjadikan kondisi ke arah yang baik, sebaliknya kalau gagal menanganinya
menjadi pintu bencana,” ujar Sugiri Syarief dalam acara yang dihadiri Wakil
Gubernur Bali IGN Kusuma Kelakan.Ia menilai, selain pertumbuhan penduduk
Indonesia yang sangat pesat, dari segi kualitas masih rendah, jauh tertinggal
dibanding negara-negara di kawasan ASEAN.Bahkan dengan Vietnam yang usia kemerdekaannya
jauh lebih muda dibanding dengan Indonesia, namun negara itu indeks pembangunan
manusianya masih lebih baik.Indeks pembangunan manusia Indonesia menempati
posisi bawah, yakni urutan 108 dari 177 negara. Hal itu disebabkan angka
kematian ibu dan bayi di Indonesia cukup tinggi, di samping indikator
pendidikan masi rendah.
segi pendidikan
Pembangunan pendidikan
di Indonesia telah menunjukkan keberhasilan yang cukup besar. Wajib
Belajar 6 tahun, yang didukung pembangunan infrastruktur sekolah dan diteruskan
dengan Wajib Belajar 9 tahun adalah program sektor pendidikan yang diakui cukup sukses. Tetapi dibalik
keberhasilan program-program tersebut, terdapat berbagai fenomena dalam sektor pendidikan. Kasus tinggal kelas,
terlambat masuk sekolah dasar dan ketidakmampuan untuk meneruskan sekolah ke
jenjang yang lebih tinggi merupakan hal yang cukup banyak menjadi sorotan di
dunia pendidikan. Kasus putus sekolah yang juga banyak terjadi terutama di
daerah pedesaan menunjukkan bahwa pendidikan belum banyak menjadi prioritas
bagi orang tua. Rendahnya prioritas tersebut antara lain dipicu oleh
akses masyarakat terhadap pendidikan yang masih relatif kecil, terutama bagi keluarga miskin yang tidak mampu membiayai anak
mereka untuk meneruskan sekolah ke jenjang lebih tinggi.
Partisipasi Sekolah
|
Umumnya, terdapat dua
ukuran partisipasi sekolah yang utama, yaitu Angka Partisipasi Kasar (APK) dan
Angka Partisipasi Murni (APM). Keduanya mengukur penyerapan penduduk usia
sekolah oleh sektor pendidikan. Perbedaan diantara keduanya adalah penggunaan kelompok
usia "standar" di setiap jenjang pendidikan. Usia standar yang
dimaksud adalah rentang usia yang dianjurkan pemerintah dan umum dipakai untuk
setiap jenjang pendidikan, yang ditampilkan pada tabel berikut:
Tabel 1
(http://www.datastatistik-indonesia.com)
Jenjang
|
Kelompok usia
|
SD
|
7 - 12 tahun
|
SMP
|
13 - 15 tahun
|
SMA
|
16 - 18 tahun
|
Perguruan tinggi
|
19 tahun keatas
|
Angka partisipasi
sekolah merupakan ukuran daya serap sistem pendidikan terhadap
penduduk usia sekolah. Angka tersebut memperhitungkan adanya perubahan penduduk
terutama usia muda. Ukuran yang banyak digunakan di sektor pendidikan seperti
pertumbuhan jumlah murid lebih menunjukkan perubahan jumlah murid yang mampu
ditampung di setiap jenjang sekolah. Sehingga, naiknya persentase jumlah murid
tidak dapat diartikan sebagai semakin meningkatnya partisipasi sekolah.
Kenaikan tersebut dapat pula dipengaruhi oleh semakin besarnya jumlah penduduk
usia sekolah yang tidak diimbangi dengan ditambahnya infrastruktur sekolah
serta peningkatan akses masuk sekolah sehingga partisipasi sekolah seharusnya
tidak berubah atau malah semakin rendah.
Lama Sekolah
Lamanya Sekolah
atau years of schooling adalah sebuah angka yang menunjukkan lamanya
bersekolah seseorang dari masuk sekolah dasar sampai dengan tingkat pendidikan
terakhir. Pada prinsipnya angka ini merupakan transformasi dari bentuk
kategorik TPT menjadi bentuk numerik. Lamanya bersekolah merupakan ukuran
akumulasi investasi pendidikan individu. Setiap tahun tambahan sekolah
diharapkan akan membantu meningkatkan pendapatan individu tersebut. Rata-rata
lama bersekolah dapat dijadikan ukuran akumulasi modal manusia suatu daerah.
Ukuran ini mengatasi masalah kekurangan estimasi dari TPT yang tidak
mengakomodir kelas tertinggi yang pernah dicapai individu.
Tetapi, jumlah tahun
bersekolah ini tidak mengindahkan kasus-kasus tidak naik kelas, putus sekolah
yang kemudian melanjutkan kembali, dan masuk sekolah dasar di usia yang terlalu
muda atau sebaliknya. Sehingga nilai dari jumlah tahun bersekolah menjadi
terlalu tinggi kelebihan estimasi atau bahkan terlalu rendah
(underestimate).
Lamanya bersekolah dapat
dikonversikan langsung dari jenjang pendidikan dan kelas tertinggi yang pernah
diduduki seseorang, misalnya jika seseorang pendidikan tertingginya adalah SMP
kelas 2, maka ia memiliki jumlah tahun bersekolah sama dengan 8 tahun, yaitu 6
tahun bersekolah di tingkat SD ditambah dengan 2 tahun di SMP. Untuk memudahkan
perhitungan, dapat digunakan tabel konversi sebagai berikut:
Tabel
2 Lamanya Bersekolah berdasarkan Jenjang Pendidikan dan
Kelas
(http://www.datastatistik-indonesia.com)
Jenjang
|
Kelas
|
Jumlah tahun bersekolah
(kumulatif) |
SD
|
1
|
1
|
2
|
2
|
|
3
|
3
|
|
4
|
4
|
|
5
|
5
|
|
6
|
6
|
|
SMP
|
1
|
7
|
2
|
8
|
|
3
|
9
|
|
SMA
|
1
|
10
|
2
|
11
|
|
3
|
12
|
|
Diploma
|
I
|
13
|
II
|
14
|
|
III
|
15
|
|
S1
|
I
|
13
|
II
|
14
|
|
III
|
15
|
|
IV
|
16
|
|
S2
|
17 - 19
|
|
S3
|
20-24
|
Untuk Diploma, S1, S2, dan S3, konversi lamanya bersekolah dapat berbeda untuk setiap individu karena asumsi yang digunakan dalam konversi diatas adalah sebagai berikut:
Seseorang yang masuk S1
adalah lulusan SMA, bukan melanjutkan dari diploma. Dalam kenyataannya,
terdapat program S1 extension yang membuka kesempatan bagi lulusan Diploma
untuk melanjutkan studi ke S1.
Asumsi menempuh
pendidikan S2 maksimum adalah 3 tahun dan S3 maksimum adalah 4 tahun.
Angka Melek Huruf (AMH)
Angka Melek Huruf (AMH) adalah
persentase penduduk usia 15 tahun keatas yang bisa membaca dan menulis serta
mengerti sebuah kalimat sederhana dalam hidupnya sehari-hari.
AMH dapat digunakan untuk
mengukur keberhasilan
program-program pemberantasan buta huruf, terutama di daerah pedesaan di
Indonesia dimana masih tinggi jumlah penduduk yang tidak pernah bersekolah
atau tidak tamat SD.
menunjukkan kemampuan penduduk di
suatu wilayah dalam menyerap informasi dari berbagai media. Berikut data AMH
dari Susenas 2002, 2003, dan 2004
Tabel 3 Persentase Penduduk
Berusia 10 tahun ke Atas Menurut Kepandaian Membaca dan Menulis, 2002-2004
Sumber: Statistik Kesejahteraan
Rakyat, 2002, 2003, 2004
Dari tabel diatas terlihat bahwa
pada tahun 2002 jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di perkotaan dan
pedesaan di Indonesia yang melek huruf adalah lebih dari 90 persen (Melek
huruf adalah mereka yang bisa membaca menulis huruf latin dan huruf lainnya).
Sebaliknya, Angka Buta Huruf
menunjukkan ketertinggalan sekelompok penduduk tertentu dalam mencapai
pendidikan. Angka Buta Huruf ini juga merupakan cerminan besar kecilnya
perhatian pemerintah, baik pusat maupun lokal terhadap pendidikan
penduduknya.
|
|||||||||||||||||||||||||
KESIMPULAN DAN OPINI
Kesimpulannya adalah bahwa
pertumbuhan penduduk berkaitan dengan kemiskinan dan kesejahteraan
masyarakat. Pengetahuan tentang aspek-aspek dan komponen demografi seperti
fertilitas, mortalitas, morbiditas, migrasi, ketenagakerjaan, perkawinan, dan
aspek keluarga dan rumah tangga akan membantu para penentu kebijakan dan
perencana program untuk dapat mengembangkan program pembangunan
kependudukan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang tepat sasaran.
|
|||||||||||||||||||||||||
Banyak sekali faktor yang
menjadikan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia.
Faktor-faktor yang bersifat teknis diantaranya adalah rendahnya kualitas
guru, rendahnya sarana fisik, mahalnya biaya pendidikan, rendahnya
prestasi siswa, rendahnya kesejahteraan guru, rendahnya relevansi pendidikan dengan
kebutuhan, kurangnya pemerataan kesempatanpendidikan. Namun sebenarnya yang
menjadi masalah mendasar dari pendidikan di Indonesia adalah
sistem pendidikan di Indonesia itu sendiri yang menjadikan siswa
sebagai objek, sehingga manusia yang dihasilkan dari sistem ini adalah
manusia yang hanya siap untuk memenuhi kebutuhan zaman dan bukannya bersikap
kritis terhadap zamannya. Maka disinilah dibutuhkan kerja sama antara
pemerintah dan mesyarakat untuk mengatasi
segalapermasalahan pendidikan di Indonesia.
Kesadaran diri akan pentingnya
pendidikan bukan hanya untuk diri sendiri juga dapat diwujudkan dalam
pembentukan komunitas untuk mengajar anak-anak jalanan. Seperti komunitas
bernama “KOPAJA”. Komunitas ini didalamnya ada sejumlah anggota aktif yang
setiap minggunya mengumpulkan anak-anak jalanan disuatu tempat guna
mengajarkan baca, tulis serta memberi hiburan seperti bernyanyi bersama.
Sebagai kaum muda penerus bangga harusnya kita memiliki rasa bangga terhadap
teman-teman kita yang masih memperdulikan akan tingkat pendidikan sesama
warga negara Indonesia
referensi:
http://www.datastatistik-indonesia.com/portal/index.php?option=com_content&task=view&id=83&Itemid=905&limit=1&limitstart=1
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar